A. Identitas
Buku
Judul : Touché
Penulis : Windhy Puspitadewi
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Ukuran : 13.5 x 20 cm
Tebal : 208 halaman
Terbit : Mei 2011
Harga : Rp. 35.000,-
B. Kepengarangan
Touché merupakan
novel keempat karya Windhy Puspitadewi yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka
Utama, tetapi novel kedua setelah Incognito yang mengambil tema fantasi.
Penulis yang lahir pada tanggal 14 Februari ini mengaku bahwa menulis merupakan
caranya berbagi pikiran, perasaan, mimpi, imajinasi, dan cita-citanya dengan
orang lain. Untuk membuat novel fantasi keduanya ini, Windhy memerlukan waktu
satu tahun untuk menyelesaikannya. Kesulitannya adalah bagaimana cara mengemas
cerita fiktif hingga bisa meyakinkan. Ternyata Windhy ketagihan membuat novel
fantasi karena imajinasinya jadi lebih bisa dieksplor.
C. Kelebihan Buku
Novel ini mengambil
ide tentang kaum touché yang sangat luar biasa. Ide ini sangat jarang bahkan
tidak terpikirkan oleh orang lain. Terlebih lagi untuk membuat orang yakin
dengan cerita fantasi yang ia buat, tentunya membutuhkan imajinasi lebih. Dan
melalui buku ini, saya cukup terpukau dengan rentetan penjelasan mengenai
kemampuan yang dimiliki kaum touché. Penjelasan itupun dilengkapi dengan contoh
dari tokoh-tokoh dunia seperti Karl Friedrich May, Beethoven, dan Casanova
serta teori-teori yang membuat pembaca akan percaya dan tidak meragukan apa
yang dituliskannya tentang adanya kaum touché. Selain ide yang unik dan tidak
terpikirkan, Windhy juga memasukkan ketiga tokoh utama dengan karakter yang
kuat pada setiap tokoh sesuai latar belakang masing-masing.
D. Kelemahan
Buku
Novel ini banyak
menggunakan istilah asing yang memerlukan daya nalar yang tinggi untuk
memahaminya. Untuk itu, kita harus betul-betul meresapi kalimat demi kalimat
yang dipaparkan dalam novel ini dengan baik.
E. Sinopsis
Riska sebagai
pemeran utama dalam cerita ini memang lebih cocok dengan kemampuan the empath,
mengingat dirinya seorang perempuan yang jelas lebih pas jika merasakan
berbagai perasaan yang mungkin ia serap—termasuk kesedihan. Mungkin jika the
empath diperankan oleh laki-laki akan terlihat cengeng dan lemah--meskipun
tidak berarti Riska lemah. Apalagi disana dijelaskan kalau memang diantara semua
kaum touché hanya the empath-lah yang dimiliki oleh perempuan. Riska merupakan
atlet lari sekolahnya dan Riska sudah ditinggal papanya sejak ia kecil. Saat
itulah mamanya menyadari kemampuan Riska menyerap perasaan orang lain melalui
sentuhan. Riska selalu melindungi tangannya dibalik saku jaket atau rok sekolah
agar tidak menyerap perasaan orang yang tidak diinginkannya.
Selanjutnya
adalah Indra. Indra yang dingin akibat perlakuan keluarganya yang menjauhkan
diri darinya karena kemampuan mind reader yang dimilikinya. Oleh karena itu,
saat ada orang yang mau berteman dan menganggapnya sama pentingnya, Indra akan
melindungi orang itu mati-matian. Indra juga merupakan atlet judo kebanggaan
sekolah, yang bagi Indra sendiri itu berkat kemampuannya membaca pikiran lawan.
Selain saat judo--atau saat dirasanya perlu, Indra selalu menutupi kedua
tangannya dengan sarung tangan.
Yang ketiga
adalah Dani, teman Indra sejak SD. Dani mampu menyerap semua tulisan yang ada
di dalam buku hanya dengan memegangnya tanpa membuka sedikitpun. Sehingga ia
tidak perlu bersusah payah belajar untuk menjadi juara kelas.
Diantara ketiga
tokoh ini justru karakter Indra lebih menonjol dan berperan penting dalam
cerita ini. Indra seolah-olah mengetuai ketiganya dalam pencarian Pak Yunus—guru
pengganti di sekolah mereka yang diculik. Sebenarnya Pak Yunus juga termasuk
kaum touché yang sengaja datang memberikan informasi lengkap kepada ketiganya
mengenai touché dan penculikan kaum touché yang meninggalkan puisi kuno sebagai
petunjuk. You only have to look behind you, at who's underlined you.
Selama
petunjuk mereka coba pecahkan,
sekelompok orang menggunakan mobil berwarna wagon hijau hadir sebagai komplotan
yang mereka anggap sebagai penculik kaum touché. Mulai dari sinilah ketegangan
akan menyelimuti para pembaca dengan kekhawatiran jika salah satu dari
ketiganya akan menjadi incaran selanjutnya. Apalagi saat mereka berpetualang di
Surakarta demi menyelamatkan guru mereka selalu diikuti oleh mobil wagon hijau
tersebut. Pembaca benar-benar akan merasa menyaksikan langsung adegan demi
adegan yang mereka lakukan dengan kecemasan yang sama, seolah-olah kita masuk
ke dalam cerita. Bahkan saya merasa buku ini sangat menarik jika diangkat di
layar lebar. Begitupun komentar teman-teman saya yang sudah membacanya.
Terlepas dari
berbagai ketegangan dan rasa penasaran para pembaca mengenai kelanjutan
petualangan menemukan Pak Yunus, Windhy berhasil menyelipkan adegan percintaan
antara Riska dan Indra yang tetap manis dan berkesan. Sehingga meskipun buku ini
didominasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan touché, kisah percintaan
keduanya tetap akan membekas di memori para pembaca sebagai bagian yang sama
pentingnya dan tidak boleh terlupakan.
Dalam novel ini,
Windhy menggunakan sudut pandang orang ketiga. Latar tempatnya sendiri yaitu
kota Surabaya sebagai tempat tinggal dan sekolah, serta Surakarta yang mereka
duga sebagai tempat penculikan. Atau yang lebih spesifik adalah keraton
Surakarta, Jurug, dan Pasar Klewer. Dari segi gaya bahasa, Windhy menyampaikan
ceritanya dengan bahasa yang enak dibaca dan tidak berbelit-belit. Kalimatnya
to the point sehingga tidak menguras pikiran pembaca untuk memahami maksud yang
ia tulis. Karena ilmu dan pengetahuan tentang sejarah—yang sering ia tulis di
novelnya yang lain—sudah cukup banyak dan panjang ia paparkan dalam buku ini.
Meskipun begitu, novel ini tetap berhasil membuat pengetahuan tampak
menyenangkan seperti yang diinginkan Windhy.
F. Kesimpulan
Touché berisi
cerita detektif dan action yang diselipi cerita cinta-cintaan khas anak muda
dan pengetahuan mengenai tokoh-tokoh dan sejarah dunia. Jadi, bagi kalian yang
ingin tahu seperti apa kaum touché itu, bagaimana Indra dkk memecahkan berbagai
petunjuk yang ada, dan seperti apa kisah cinta yang manis antara Indra dan
Riska, saya sangat menganjurkan kalian untuk membeli novel ini.
gw suka bgt sm buku ini ..tapi akhir ceritanya kok agak g seru dan g nyambung yah???...tapi BTW cerita ini ga membosankan kok "SERU"👍☺❤
BalasHapus